Sabtu, 14 September 2013

REVIEW FILM FLASH OF GENIUS



Judul film         : Flash of Genius (2008)
Sutradara        : Marc Abraham
Penulis            : Philip Railsback
Musik             : Aaron Zigman
Editing            : Jill Savitt
Pemain            : Greg Kinnear sebagai Robert Kearns (Tokoh utama)
Lauren Graham sebagai Phyllis Kearns (Istri dari Tokoh Utama)
Dermot Mulroney sebagai Gil Previck (Teman lama dan Pengacara Kearns)
Alan Alda sebagai Gregory Lawson (Pengacara kedua Kearns)
Jake Abel sebagai Dennis Kearns (Anak pertama dari Tokoh Utama)

 


Film Flash of Genius yang diproduksi tahun 2008, merupakan sebuah film yang diangkat dari kisah nyata. Film ini menceritakan perjuangan Robert Kearns yaitu seorang penemu wiper kaca depan mobil (Intermiten) yang karyanya diakui oleh produsen mobil ternama dunia Ford Motor Company sebagai hak cipta perusahaan.
Kisah bermula dari inspirasi Robert Kearns saat pergi bersama keluarganya di waktu hujan. Kearns yang memang mengalami gangguan mata sebelah kiri akibat insiden pernikahan dengan Phyllis, terus saja mengamati wiper mobilnya yang kala itu masih dijalankan dengan manual dan tidak teratur sehingga menggangu pandangan saat menyetir. Ia berfikir untuk memperlakukan wiper tersebut seperti halnya kelopak mata manusia yang teratur berkedip pada saat terjadi gangguan. Kearns memulai resetnya di garasi rumah, dibantu oleh anak-anaknya dan penelitanya berhasil.
Robert Kearns mendemonstrasikan hasil penelitiannya kepada Ford Motor Company atas saran teman lamanya Gil Previck. Seperti yang diharapkan, produsen mobil ternama tersebut tertarik dengan hasil penemuan Robert hingga sebuah negosiasi kerjasama dilakukan dengan konsekwensi Keans bersedia meminjamkan peraga intermiten kepada pihak Ford. Kearns telah bermimpi untuk memiliki hidup yang lebih layak dengan cara memproduksi sendiri kipas intermiten. Tidak berselang lama, masalah mulai muncul saat Ford Motor Company dengan sepihak dan beralasan tidak lagi tertarik dengan kipas intermiten memutuskan untuk tidak melanjutkan kerja sama. Setahun kemudian, dalam suatu pameran peluncuran mobil produksi Ford, fitur kipas intermiten menjadi salah satu andalan. Tanpa seizin Kearns, Ford Motor Company telah mencuri karya miliknya.
Permasalahan dalam kehidupan Kearns datang bertubi-tubi selama lebih dari 10 tahun. Ia terus saja memperjuangkan apa yang menjadi prinsip hidupnya sebagai seorang penemu. Hingga Ford mulai terganggu dengan berbagai upaya hukum yang ditempuh Kearns. Melalui utusanya, Ford menawarkan sejumlah uang agar Kearns tak lagi menuntut karena akan berdampak pada reputasi Ford sebagai produsen mobil terkemuka di dunia. Namun Kearns beserta anak-anaknya sama sekali tidak tertarik dengan tawaran tersebut.
Hingga berjalannya waktu, Kearns menemukan jalan untuk mengajukan tuntutan hukum kepada Ford Motor Company melalui pengadilan. Tanpa pengacara, proses hukum terus berjalan. Dengan keyakinanya ia terus memperjuangkan prinsip dan akhirnya, ia dapat memenangkan perkara hak cipta dengan bantuan anak pertamanya. Kearns mendapat ganti rugi 18,7 juta dolar dan memperoleh hak cipta wiper intermiten.

ETIKA BISNIS:
Dari kisah tersebut banyak hikmah yang kita pelajari terutama terkait dengan etika dalam berbisnis:

  •  Point penting dalam film tersebut yaitu mengakui karya orang lain tanpa izin dan motifnya adalah untuk memperoleh keuntungan baik untuk dirinya sendiri atau untuk perusahaanya merupakan sesuatu yang salah dan tidak ada alasan pembenaran dari segi apapun.

  • Ketika kita memperoleh keuntungan dari hasil karya orang lain, maka sudah sewajarnya kita memaparkan penemu dari produk tersebut dan memberikan sebuah royalty atas apa yang telah ia temukan

  •  Sebuah prinsip hidup mengenai keyakinan diri, kecintaan pada suatu pekerjaan yang digeluti seperti halnya yang ditunjukkan Robert Kearns adalah sebuah tauladan bagi kita semua bahwasanya materi bukanlah segala-galanya dibandingkan prinsip hidup yang benar.

  •  Apapun pekerjaan seseorang, sebuah etika profesi adalah lebih penting dari keahlian yang dimiliki. Ketika seseorang telah memahami hakikat etika profesi maka orang tersebut sudah pasti akan menghargai orang lain seperti halnya menghargai dirinya sendiri.

  • Sebuah komunikasi bisnis untuk mencapai kata sepakat kerja sama, sebaiknya tetap menjadi komitmen antara kedua belah pihak. Jangn sampai ada yang dirugikan setelah kedua belah telah mencapai kata sepakat. Seperti halnya Ford yang tiba-tiba membatalkan kontrak kerja sama tanpa alasan yang logis

  • Keteguhan dan prinsip hidup Robert Kearns menjadi suatu pelajaran hidup yang beretika bagi kita semua. Bahwasanya memperjuangkan apa yang memang menjadi hak kita adalah suatu keharusan

ULVI DINO VITA
115020201111035
KELAS BF
MANAJEMEN UB